Kang Nasrudin
Kang Nasrudin Alumni PP. Miftahul Falah, Sumber Sari. Lanjut ke PP Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Pernah mengikuti program Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Alquran, Tangerang, Pusat Studi Alquran, salah satu santri angkatan ke 8.

Pahamilah Bahasa Penolakan

Tidak ada komentar

Daftar Isi [Tampil]
"Apa yang tuan sampaikan sangatlah menggembirakan hati kami, Kabilah kami merasa tersanjung, dan memperoleh kehormatan dari tuan. Namun ada baiknya tuan bersabar barang sejenak. Jika tuan-tuan mengamati dengan saksama, maka akan tampak bahwa putri kami belumlah mekar sempurna, betapa sayang jika sudah dipetik. Tunggulah hingga tiba saat yang tepat. Ketika bunga telah mekar sempurna, telah masak dan siap dipetik. Karena bunga sempurna, keharumannay akan menyebar ke setiap sudut." (Layla Majnun :91)

Demikianlah contoh jawaban dari para orang tua yang sering dijadikan jawaban untuk orang yang datang meminang putrinya. kurang lebih sama. Mungkin hanya beda redaksi namun isinya sama. Bisa dengan ungkapan, “Pada dasarnya kami menrima saja asal sesama anak sudah sama suka. Kami orang tua hanya bisa merestui. Tapi mohon berkenan agar mereka sama-sama selesai studi dulu.” Ungkapan ini bila tidak disertai dengan pernyataan yang menyiratkan agar mengikatkan kedua calon dalam ikatan- minimal pertunangan- So, ketahuilah, ini adalah bahasa halus dari penolakan.

Pertanyaannya, tidak bisakah demi menunggu sang bunga mekar sempurna, ditetapkan suatu ikatan yang melindungi sang bunga dari terpaan angin nakal yang bisa saja bukan memetik tapi merontokkannya?

Lebih senangkah para orang tua membiarkan siksaan batin untuk putra putri mereka dengan ketidakjelasan hubungan atau malah membiarkan mereka terjerumus dosa?

Lebih aneh lagi mereka yang terjebak dalam gaya hidup yang katanya modern. Bila ada seorang pemuda mengajak kencan anak gadis mereka, pacaran, maka orang tua wellcome saja. Tapi saat ada pemuda yang ingin meminang putrinya, maka mereka akan menanyakan pekerjaan, penghasilan, pendidikan dan tetek bengek lainnya.
Pertanyaanya, apakah mereka lebih bangga mendapati anak gadisnya melakukan zina ketimbang menikahkannya? Apa guna pernikahan jika sudah berzina dahulu?


* Kutipan dari mana Yaaaaa????*

Kang Nasrudin
Kang Nasrudin Alumni PP. Miftahul Falah, Sumber Sari. Lanjut ke PP Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Pernah mengikuti program Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Alquran, Tangerang, Pusat Studi Alquran, salah satu santri angkatan ke 8.

Komentar