Kang Nasrudin
Kang Nasrudin Alumni PP. Miftahul Falah, Sumber Sari. Lanjut ke PP Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Pernah mengikuti program Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Alquran, Tangerang, Pusat Studi Alquran, salah satu santri angkatan ke 8.

Resensi: Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi

Tidak ada komentar

Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi sangat direkomendasikan untuk Anda yang ingin memahami lebih dalam tentang dalil/hujjah akidah dan amaliyah aswaja.

Daftar Isi [Tampil]

KangNasru- Penyajian materi melalui rangkaian cerita dialog dan perdebatan secara langsung antara orang-orang yang berbeda pendapat merupakan salah satu metode yang sangat efektif untuk menyampaikan bahasan seputar akidah Ahlussunnah wal jamaah. Perdebatan antara para ulama memang terjadi secara langsung dalam forum-forum dialog terbuka maupun melalui buku yang saling berbantah. Para ulama masa dahulu sudah terbiasa menggunakan kedua metode ini. Begitulah Ustadz Muhammad Idrus Ramli mengawali pembukaannya dalam Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi.

muhammad-idrus-ramli

Pada dasarnya memang metode debat bukanlah hal yang tabu. Para ulama telah menggunakannya sepanjang masa. Bahkan sebagian membukukannya dengan baik. Misalnya saja Imam Syafi’i dengan Jima’ al-Ilmi-nya, Imam ar-Razi dengan al-Munazharat-nya, dan Imam Abu Ali al-Sakuni dengan ‘Uyun al-Muzharat.

Menurut Ustadz Idrus Ramli, lahirnya buku ini merupakan rangkuman dialog-dialog yang terjadi dalam berbagai kesempatan mengisi pelatihan dan internalisasi ASWAJA di kalangan nahdliyin. Untuk melengkapi dialog-dialog yang dimuat, ditambahkan pula berbagai dialog yang terjadi antara para ulama dengan kalangan wahabi.

 Beragam Tema Perdebatan Menarik dalam Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi

resensi buku pintar berdebat dengan wahabi


Sesuai namanya, buku ini memuat berbagai tema yang menjadi "nasi-sayur" bagi kalangan wahabi untuk dilontarkan ke kalangan Nahdliyin. Mulai dari yang paling mendasar seperti tabarruk/ngalap berkah (hal.1), tawassul (hal. 105), Yasinan dan Tahlilan (hal. 137), keberadaan Allah bertempat ataukah tidak (hal. 16), dan tidak ketinggalan berbagai bahasan tentang bid’ah (hal. 36 dan 158).


Daftar Isi Buku

Tanda Aliran Sesat

Buku ini secara rapi menghadirkan kritik keras terhadap aliran Salafi-Wahabi hingga bisa saja menggolongkannya sebagai aliran sesat dan neo-khawarij. Pembahasan soal ini terbilang panjang karena termuat dalam dua bab; Bukan Ahlussunnah (hal. 69) dan Menurut Al-Syathibi (hal. 87). Sehingga pembahasan tentang perilaku dan ciri aliran sesat yang ditujukan pada aliran tersebut termuat dari halaman 69 sampai 104.

Pembelaan Terhadap Mazhab

Sebagian kalangan Wahabi cenderung anti mazhab, meskipun faktanya mereka sendiri mengikuti pemikiran dan pemahaman tertentu. Dalam buku ini pun diuraikan pembelaan dan debat soal Cerdas bermazhab. Diungkapkan fakta pula bahwa kalangan Wahabi sering berlaku solah paling paham mazhab Syafi’i yang notabene diikuti mayoritas kaum muslimin Indonesia, saat yang sama pula mereka mengkritisi perilaku mengikuti mazhab.

Penjelasan Posisi Kitab al-Ibanah

Dalam akidah NU menegaskan mengikuti mazhab Abu Hasan al-Asy’ari. Salah satu kitab yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari ini adalah al-Ibanah. Namun nyatanya, dalam kitab tersebut terdapat uraian pemahaman yang bisa dibilang aneh terkait sifat-sifat Allah yang lebih mirip dengan pemahaman aliran Salafi Wahabi. Oleh karenanya pula, mereka sering menuduh kalangan Nahdliyin tidak mengikuti Imam al-Asy’ari secara konsisten. Tetapi dalam buku ini (hal. 126) masalah tersebut dibantah dengan tegas dengan menyajikan fakta menarik tentang kitab al-Ibanah yang beredar saat ini.

Kutipan-Kutipan Menarik

  • Tidak jarang, kaum Wahabi menggunakan ayat-ayat al-Quran untuk membenarkan keyakinan mereka bahwa Allah bertempat di langit. Akan tetapi, dalil-dalil mereka dapat dengan mudah dipatahkan dengan ayat-ayat al-Quran yang sama (hal. 18).
  • Tentu saja banyak sekali hal-hal lucu kaum Wahabi, dalam mengambil dalil akidah mereka. Sebagian ada yang berdalil dengan pernyataan Fir'aun kepada Haman. Ada pula yang berdalil dengan cara ayam berkokok yang mengangkat kepalanya ke atas (hal. 35).
  • Alasan utama mengapa aliran Wahabi dikatakan Khawarij dan bukan Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah paradigma pemikirannya yang yang mengusung konsep takfir dan istihlal dima' wa amwal al-mukhalifin (pengkafiran dan penghalalan darah dan harta benda kaum muslimin di luar alirannya) (hal.71).
  • Kita kadang bingung menyikapi mereka. Terkadang mereka menggugat kita karena bermadzhab, yang mereka anggap telah menginggalkan al-Quran dan sunnah. Dan terkadang mereka menggugat kita dengan pendapat imam madzhab dan para ulama madzhab. Padahal mereka ering menyuarakan anti madzhab (hal. 131).

Penutup

Menilik dari isi buku yang menarik, dialog yang mengalir, serta pemaparan hujjah yang kuat, maka bisa disimpulkan bahwa buku ini sangat direkomendasikan untuk Anda yang ingin memahami lebih dalam dalil-dalil akidah dan amaliyah aswaja. Lebih-lebih bagi para aktifis agama yang sering bersinggungan dengan kalangan Wahabi. 

Meskipun secara ukuran, Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi terbilang seukuran buku saku, namun ilmu yang dimuatnya sangatlah berbobot. Nyaris beragam permasalahan yang sering diributkan oleh kelompok Wahabi serta runtutan dialognya dibahas dalam buku ini.

Identitas Buku

Judul Buku     : Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi
Penulis        : KH. Muhammad Idrus Ramli
Penerbit       : Bina Aswaja bekerja sama dengan LBM NU Jember
Tanggal Terbit : Cetakan I, September 2010
ISBN           : 978-602-99206-0-4
Tebal          : 173 hal
Dimensi Buku   : 12,5 x 17 cm
Harga          : Rp20.000
Link Pembelian : s.id/BukuPintarBerdebatDenganWahabi

Kang Nasrudin
Kang Nasrudin Alumni PP. Miftahul Falah, Sumber Sari. Lanjut ke PP Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Pernah mengikuti program Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Alquran, Tangerang, Pusat Studi Alquran, salah satu santri angkatan ke 8.

Komentar